Senin, 26 Maret 2018

perih

Perih

Deburan ombak yang menghantam tebing-tebing
Hembus angin yang menerpa tubuhku
Dan aku pun terjatuh
Terbaringku di tepi pantai membuatku
Tak berdaya
Sendiriku menangis dan memendami perasaan ini
Hati ini hancur bagaikan serpihan kaca
Yang tak bisa bersatu lagi
Tak terasa air mata mengalir
Membasahi pipiku
Semakin ku memikirkannya
Semakin pula air mata ini mengalir
Kupejamkan mata ini dan kurasakan
Rasanya sakit hati yang mendalam

Minggu, 25 Maret 2018

puisi, syair pendidikan


Syair Pendidikan
Wahai engkau para pemuda,
Engkaulah pewaris bangsa,
Giatlah belajar sepanjang masa,
Untuk membangun bangsa negara,
Ilmu bukanlah untuk harta semata,
Ilmu tak akan lekang oleh usia,
Sebab ilmu akan membuatmu terjaga,
Dan ilmu akan membuatmu dewasa,
Belajarlah tanpa malas,
Hormatilah semua penghuni kelas,
Masa depan perlu kerja keras,
Kalau perlu energi terkuras,
Hormatilah para guru,
Pandanglah sebagai orang tuamu,
Ilmu senantiasa akan masuk dalam kalbu,
Bersama berkah untuk jiwamu.



essay
Peranku Bagi Indonesia

Tidak ada bangsa yang sejahtera dan dihargai bangsa lainnya tanpa kemajuan ekonomi. Kemajuan ekonomi akan dapat dicapai jika ada spirit kewirausahaan yang kuat dari bangsanya. Negara maju pada umumnya memiliki wirausaha yang lebih banyak dibandingkan negara berkembang. Amerika Serikat misalnya memiliki wirausaha 11,5% dari total penduduknya. Sektor swasta selaku pelaku ekonomi di Amerika dapat menyumbang pendapatan nasional negara sebesar 10% pada tahun 1994. Singapura memiliki wirausaha sebanyak 7,2% dari total penduduknya. Maka wajar jika perkembangan ekonomi di Singapura jauh melesat melebihi negara-negara lain di ASEAN.
Indonesia adalah negara yang memiliki sumber daya alam yang melimpah. Sumber daya alam berupa hasil tambang, pertanian, perikanan, peternakan dan tanah yang sangat subur merupakan modal dan kekuatan tersendiri bagi bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju. Namun, dengan potensi tersebut, Indonesia hanya memiliki 0,81% wirausaha. Padahal secara historis dan konsesus, sebuah negara idealnya memiliki minimal 2% wirausaha agar bisa menjadi negara maju. Lebih ironi lagi, menurut data statistik BPS tahun 2010 jumlah penduduk miskin di Indonesia mencapai 31,02 juta atau sekitar 13,33% dari total penduduk Indonesia. Pada Maret 2009, 63,38% penduduk miskin tersebut berada di pedesaan yang sebagian besar mata pencahariannya adalah petani dan buruh tani, dan jumlahnya meningkat menjadi 64,23% pada Maret 2010. Ini menunjukkan bahwa persentase penduduk miskin di pedesaan tidak banyak berubah selama periode ini.
Fakta selanjutnya, Indonesia memiliki sumber daya manusia yang sangat besar, jumlahnya menempati urutan ke empat terbanyak di dunia, dimana 27% diantaranya adalah pemuda yang merupakan pelaku penting bagi tumbuh dan berkembangnya budaya inovasi dan kreatif. Pemuda memiliki peran strategis bagi pertumbuhan dan kemajuan bangsa Indonesia karena mereka memiliki produktivitas tinggi di masyarakat untuk berkarya, berkreasi dan berinovasi. Setiap tahun perguruan tinggi di Indonesia meluluskan mahasiswanya, yang berarti ribuan hasil riset yang dihasilkan oleh pemuda Indonesia. Ini juga merupakan potensi yang besar bagi bangasa Indonesia untuk menjadi bangsa yang maju.
Pengalaman di berbagai negara menunjukkan bahwa produktivitas suatu negara sangat ditentukan oleh kemampuan sumber daya manusia dalam mengelola potensi sumber daya alam yang dimilikinya. Maka untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, disamping usaha-usaha pemerintah yang telah dilakukan, diperlukan pula program-program rekayasa sosial dan implementasi teknologi dalam kerangka pemberdayaan masyarakat yang berorientasi pada pengentasan kemiskinan. Program ini dilaksanakan melalui program-program transfer teknologi untuk usaha kecil menengah serta penguatan institusi intermediasi dan diinisiasi oleh pemuda. Maka, menurut kajian penulis, menjadi seorang sosialteknopreneur merupakan sebuah peran strategis untuk berkontribusi meminimalisir angka kemisikinan di Indonesia. Kegiatan sosialteknopreneur yang dimaksud penulis adalah gerakan ekonomi kerakyatan guna meningkatkan pendapatan untuk menggerakan konsumsi domestik sekaligus meningkatkan ekspor non migas dari sektor agribisnis, khususnya di pedesaan. Hasil riset yang begitu banyak tentu tidak akan bernilai ekonomi jika tidak diadopsi dalam produk atau proses produksi. Oleh karena itu kegiatan sosialteknopreneur merupakan kegiatan yang komprehensip yang berperan dalam mengidentifikasi, menyediakan dana, menyiapkan teknologi, mendukung ide, dan menumbuhkan semangat masyarakat untuk berwirausaha dengan memanfaatkan potensi sumber daya alam di masing-masing wilayah. Jika sosialpreneur bekerja untuk kepentingan orang lain setelah mendapatkan hasil, maka seorang sosialteknopreneur memproses secara bersama sejak ia memulai usahanya.
Kegiatan sosialteknopreneur dalam hal ini bukan sekedar ajang bagi-bagi modal usaha, namun merupakan sistem usaha yang berdaya saing, berkerakyatan, berkelanjutan, dan terdesentralisasi. Berdaya saing berarti usaha yang dijalankan tidak sekedar mengandalkan kelimpahan sumber daya alam dan tenaga kerja, namun berorientasi pada pasar, produktivitas, pemanfaatan inovasi teknologi, dan kreativitas sumber daya manusia. Berkerakyatan dicirikan dengan pemanfaatan sumber daya alam yang dimiliki rakyat banyak dan menjadikan masyarakat sebagai pelaku utama pembangunan usaha sehingga hasilnya dapat dinikmati bersama. Berkelanjutan dicirikan dengan kemampuan masyarakat untuk merespon perubahan pasar secara cepat dan efisien, berorientasi jangka panjang, dan pengembangan inovasi teknologi yang ramah lingkungan secara kontinyu. Sedangkan terdesentralisasi bercirikan pada pendayagunaan keragaman sumber daya lokal, berkembangnya kreativitas masyarakat, dan kerjasama yang harmonis dengan pemerintah daerah.
Kegiatan ini membutuhkan proses panjang untuk menampakkan hasil karena seorang sosialteknopreneur tidak sekedar berwirausaha dan transfer teknologi namun juga bergerak untuk melakukan perubahan sosial dalam lingkup yang lebih luas, yakni dalam hal budaya, pendidikan, politik, dan keagamaan. Disini dibutuhkan gagasan bagaimana seorang sosialteknopreneur mampu menggerakan masyarakat untuk melakukan perubahan. Maka seorang sosialteknopreneur idealnya harus memiliki jiwa kepemimpinan, tanggungjawab untuk terjun langsung di masyarakat, mampu memotivasi, memimpin secara langsung dengan segala resiko dan mampu melindungi kehidupan rakyat.

Sabtu, 24 Maret 2018

cerpen(SABUN)


SABUN
Sebelum kau bercerita, kau menyarankan kepadaku untuk berdoa dulu. Katamu, doa itu akan dapat membantu kejernihan pikiranku tetap terjaga. Katamu juga, kejernihan itu akan menjauhkan diriku dari pikiran kotor yang biasanya cenderung akan menggiring ke dunia mesum. Yang menurutmu lebih fatal lagi jika pikiran sedang kotor akan mudah menghakimi bahwa cerita yang akan kau kisahkan nanti sebagai sebuah cerita cabul belaka. Katamu juga, yang terpenting bahwa kejernihan pikiran itu akan mampu menjaga kesucian puasaku di bulan yang penuh rahmat ini. Selain itu pada saat aku menyimak ceritamu nanti kau mengharapkan aku untuk berusaha bersikap sabar dan tidak kemrungsung. Tanpa kuprotes, aku menuruti saja maumu. Setelah sejenak aku mengheningkan cipta, tak lama kemudian kau mulai bercerita.
Cerita ini kau awali dengan peristiwa pertemuanmu pertama kali dengan laki-laki dewasa di rumah itu. Peristiwanya terjadi pada pagi yang dingin. Pagi itu tiba-tiba kau dikeluarkan dari ruanganmu. Bajumu dibuka paksa olehnya. Dia melucuti seluruh pakaianmu dengan cara serampangan, terkesan buru-buru dan terlihat tidak sabar. Begitu seluruh pakaianmu lepas dari tubuhmu, dalam keadaan telanjang dibawanya kau masuk ke dalam kamar mandi. Pada saat itulah kau mengatakan seketika hawa dingin kau rasakan lebih dingin dari waktu sebelumnya. Kau menerka salah satu sebab lebih dingin itu karena dirimu tak berbaju lagi.
Sampai di dalam kamar mandi, kau didudukkan pada suatu tempat. Tak lama kemudian dia menutup pintu sebelum akhirnya dia yang gantian melepas satu per satu pakaiannya. Setelah seluruh pakaiannya tanggal, dia mengambil sebuah sikat gigi dan odol. Odol dibuka tutupnya lalu dia mengeluarkan sedikit isinya ke atas bulu sikat. Setelah itu dia mulai menggunakan sikat itu untuk membersihkan giginya. Sebelum melanjutkan ceritamu, kau menyisipkan penjelasan tentang sikat gigi dan odol yang pada awalnya tidak kau ketahui nama dan penggunaannya. Kau baru bisa menyimpulkan nama barang-barang itu setelah beberapa hari dan beberapa kali kau memperhatikan penggunaannya.
Ceritamu selanjutnya, sembari menyikat gigi, laki-laki itu kencing, di mana hal itu kau tahu disebut kencing juga setelah beberapa waktu kemudian. Begitu selesai sikat gigi, dia mulai menyirami tubuhnya dengan air yang diambil dari bak mandi. Tak lama kemudian dia memegangmu, lalu membimbingmu agar kau menyentuhi seluruh tubuhnya. Pada saat itu tubuhmu mengeluarkan busa hingga membaluri sekujur tubuhnya. Setelah tubuhnya rata oleh busamu, kau didudukkan kembali pada tempat yang semula. Sejenak kemudian dia kembali memegang ciduk lalu mengambil air dalam bak, menyiramkan air itu ke tubuhnya, begitu berulang kali. Setelah menghentikan siramannya, laki-laki itu mengambil handuk yang ada di gantungan dan melilitkan ke badannya untuk menutupi bagian perut ke bawah. Dia melakukan kegiatan seperti itu pagi dan sore, yang nantinya kau tahu bahwa kegiatan itu disebut mandi. Setelah beberapa hari berlalu dan tentunya beberapa kali laki-laki itu mandi, barulah kau hafal bahwa dia tidak membutuhkan waktu lama pada saat mandi. Selalu cepat.
Setelah itu kau menceritakan juga bahwa usai laki-laki itu mandi, masuklah ke ruangan itu seorang perempuan dewasa dengan membawa handuk. Sesampainya di kamar mandi dia menutup pintu dan menyampirkan handuk pada tempat gantungan. Tak lama kemudian dia mulai melepas satu per satu pakaian yang menutupi tubuhnya. Begitu telanjang, dia melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan laki-laki dewasa itu, yaitu gosok gigi. Begitu selesai menggosok gigi dia jongkok agak lama, yang kemudian kamu tahu bahwa dia sedang kencing.
Selesai kencing, dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air. Sejenak kemudian tangannya meraihmu, dia mulai mengusap-usapkan dirimu ke sekujur tubuhnya. Pada saat itu kau merasakan bahwa kulit perempuan itu sangat halus dan kau merasakan hal itu sangat berbeda dengan kulit laki-laki. Perempuan itu melakukan elusan dirimu ke tubuhnya dengan sangat hati-hati. Dia berusaha menjamahkan dirimu ke seluruh permukaan tubuhnya. Sangat telaten, santai, dan tidak kemrungsung, bahkan kau bilang perempuan itu seperti menikmati setiap apa yang dilakukannya di sana. Karena itu kau dapat menyimpulkan bahwa saat mandi, perempuan membutuhkan waktu yang lebih lama dibandingkan laki-laki.
Katamu, jika laki-laki mandi, pada saat dia sedang gosok gigi, pada saat itu juga dia  kencing. Pada saat laki-laki mencuci rambut, pada saat itu dibarengi dengan mandi sekalian. Sedangkan perempuan akan melakukan semua itu secara sendiri-sendiri. Gosok gigi sendiri, pipis sendiri, keramas sendiri dan memandikan badannya secara berurutan. Oya, kau juga mengatakan meski laki-laki dan perempuan itu berbeda dalam hal cara dan waktu mandinya tapi terkhusus untuk laki-laki dan perempuan yang kau ceritakan ini punya suatu kebiasaan yang sama, sebelum melakukan ritual mandi itu, mereka lebih dulu memeriksa bulu-bulu mereka. Bulu-bulu yang kau maksudkan ini adalah rambut ketiak dan rambut kemaluan mereka. Sekiranya dirasa telah panjang, mereka akan membersihkannya dengan alat garuk yang sudah dipersiapkan di kamar mandi itu. Kau juga mengatakan, rupanya mereka sepakat untuk selalu membersihkan tubuhnya dari rambut-rambut itu. Karena hal itu kau bisa merasakan bahwa tubuh mereka selalu mulus dan bersih tanpa rambut ketiak dan rambut kemaluan.
Ceritamu berlanjut. Setelah perempuan itu selesai mandi, muncul anak laki-laki kecil yang kira-kira berusia 8 tahun masuk ke kamar mandi. Ketika anak kecil sudah berada di dekatmu, kau melihat, matanya sembap, dan kau menduga dia habis menangis. Karena dari sekilas percakapan mereka sebelum anak kecil itu muncul kau bisa mengerti sebenarnya anak itu malas untuk mandi tapi dipaksa suruh mandi. Anak kecil itu sudah dalam keadaan telanjang ketika sampai di kamar mandi. Tentu saja pakaiannya sudah dilepas sebelum menuju ke kamar mandi dan kau mengira pastilah perempuan dewasa itulah yang membantu untuk melepas pakaiannya.
Dari serentetan peristiwa bersama mereka itu kau menjadi tahu, mereka bertiga adalah sebuah keluarga. Laki-laki dewasa dan perempuan dewasa itu adalah sepasang suami istri dan anak laki-laki kecil itu adalah putra mereka. Waktu anak kecil itu mandi tidak menutup pintunya. Dan anehnya begitu tangan anak itu  menyentuh air, tidak lama kemudian dia sudah langsung asyik bermain. Kau mengatakan bahwa dirimu juga tak ketinggalan diajaknya bermain. Katamu, begitu kau dipegangnya, kau dipermainkannya dengan memakai kedua telapak tangannya. Kau sempat beberapa kali jatuh karena anak kecil itu sengaja membuatmu mencotot terlepas dari genggamannya. Lama anak itu mengajakmu bermain bersama, bahkan kau mengatakan bahwa kau sempat lepas dari genggamannya dan jatuh di kloset, tapi anak kecil itu tidak merasa jijik, kau langsung diambilnya begitu saja dari dalam kloset. Setelah itu kau kembali diajaknya bermain lagi dan anak itu baru menghentikan kegiatannya saat ibunya berteriak-teriak memperingatkan agar dia tidak bermain di kamar mandi.
Pada saat anak kecil itu menyudahi mandinya, kau sempat menghentikan sejenak ceritamu. Kukira ceritamu sudah berakhir sampai di sini, tapi ketika aku menanyakannya, kau menjawab bahwa ceritamu belum selesai. Bahkan kau mengatakan kisah ini baru dimulai. Inti dari cerita ini belum kau kisahkan.
Sebelum cerita berlanjut, kau menyadari bahwa sebenarnya apa yang kau kisahkan bukan cerita yang baik. Maksudmu cerita ini adalah cerita yang datar. Kau bilang bahwa cerita ini tidak menyuguhkan konflik di dalamnya. Kau menamai cerita ini hanya semacam laporan dari sebuah kejadian. Bahkan menurut pendapatmu sendiri, sejauh yang telah kau ceritakan semuanya tadi adalah biasa. Apa yang kau kisahkan hanya seperti sebuah pengamatan yang disajikan tanpa memperhitungkan estetika. Itu pun ceritanya terlalu monoton dan hal yang kau kisahkan tadi bukan sesuatu yang baru. Kaupikir, semua orang tentunya sudah mengetahui, misalnya, kalau proses orang mandi ya seperti itu. Kau menganggap kejadian itu kejadian umum dan lumrah. Oleh karena itu menurutmu sangat memungkinkan, siapa pun yang mendengarkan cerita ini pasti akan mudah merasa bosan. Tapi buru-buru kau juga mengatakan kepadaku bahwa karena hal itulah, di awal bercerita tadi kau merasa perlu mengatakan kepadaku pentingnya untuk bersabar. Karena menurutmu, cerita ini tidak menitikberatkan pada kualitas berceritanya. Sebenarnya kau hanya ingin mengatakan bahwa sesuatu yang sepertinya berlangsung tanpa konflik, terlihat tenang-tenang saja, dan tampak baik-baik saja, bisa juga ada sesuatu yang tidak beres di dalamnya. Dan ketidakberesan itu ternyata dapat terungkap dengan hal yang paling sepele. Oleh karena itulah, kembali kau meyakinkanku untuk tetap bersabar mengikuti cerita ini sampai tuntas nanti. Aku langsung mengiyakan, bukan karena iba atau terpaksa tetapi karena memang aku ingin mendengarkan. Aku ingin tahu apa sesungguhnya inti dari ceritamu ini.
Lantas aku memintamu untuk segera melanjutkan ceritamu dan kau menurutinya. Kau mengatakan, pada suatu hari kau mendengar laki-laki itu izin kepada istrinya untuk pergi ke luar kota selama tiga hari karena tugas kerja. Tentu saja setelah suaminya itu pergi kau hanya melayani ibu dan anaknya saja. Tapi pada sore hari di hari kedua kepergian suaminya, rumah itu kedatangan tamu. Kau tahu hal itu pada saat ada seorang laki-laki lain masuk ke kamar mandi untuk kencing. Pada saat itu kau menerka laki-laki itu adalah tamu yang kebetulan kebelet kencing lalu meminta izin untuk kencing di kamar mandi. Setelah kencing selesai laki-laki itu bermaksud keluar. Tapi tepat pada saat laki-laki itu akan membuka pintu kamar mandi, lebih dulu pintu itu diketuk dari luar. Laki-laki itu membuka pintu. Lalu perempuan itu masuk ke kamar mandi dan pintu kembali ditutup.
“Si kecil sudah tidur,” katamu menirukan perkataan perempuan itu.
Jadilah mereka berdua di ruangan sempit itu. Kemudian kau menceritakan, dengan cepat bibir mereka telah beradu. Tubuh mereka merekat. Lalu mereka saling melepas pakaian mereka hingga telanjang. Setelah itu banyak hal yang mereka lakukan berdua sebelum mereka mengakhirinya dengan mandi bersama. Pada saat mereka menyudahinya dan pada saat pintu kamar mandi mereka buka, ada suara dering ponsel. Perempuan itu bergegas lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dia berlari kecil untuk mencari ponselnya. Begitu ponsel ketemu, dia menerima panggilan itu. Usai menerima telepon, perempuan itu mendekati laki-laki itu di mana dia masih berada di kamar mandi sedang mengenakan pakaiannya.
“Ternyata dia pulang sekarang. Sudah perjalanan ke rumah,” katamu menirukan perkataan perempuan itu.
Laki-laki itu buru-buru menyelesaikan mengenakan pakaiannya. Sebelum lelaki itu berlalu dari hadapannya, dia masih sempat mengecup bibir perempuan itu. Sampai pada cerita itu kau sempat terdiam agak lama. Aku juga diam saja. Tidak menanyakan apa pun. Tapi sejujurnya aku masih penasaran bagaimana cerita selanjutnya.
Satu jam kemudian, suami perempuan itu telah sampai di rumah. Untuk sejenak kau mendengar perbincangan mereka. Katamu, suaminya menyatakan kerinduannya yang sangat pada istrinya dan si kecil.
“Mandilah dulu, biar bersih dan segar. Aku menunggu di kamar,” katamu menirukan perkataan perempuan itu.
Beberapa menit kemudian suaminya telah berjalan menuju ke kamar mandi. Dia sudah dalam keadaan telanjang. Tentu saja pakaiannya sudah dilepas sebelum menuju ke kamar mandi dan kau menduga, yang membantu melepas pakaiannya adalah istrinya. Pertama-tama dia mencukur rambut ketiak dan rambut kemaluannya. Setelah itu dia menggosok gigi sembari pipis, lalu keramas. Pada saat dia ingin membilas rambutnya biasanya sekalian mengguyur tubuhnya. Lalu tangannya meraihmu.
Setelah kau mengatakan, pada saat tangannya meraihmu itu, kau menghentikan ceritamu. Kali ini aku menanyakannya, apakah ceritamu telah berakhir. Kau mengatakan bahwa cerita ini belum berakhir, tapi hampir berakhir. Katamu hanya tinggal membutuhkan beberapa kalimat untuk menyelesaikannya.
“Di awal sudah kukatakan, pada saat laki-laki itu mandi tidak membutuhkan waktu yang lama, tetapi kali itu dia sangat lama berada di kamar mandi. Kau tahu apa sebabnya? Pada saat tangannya meraihku, pada saat itulah dia melihat sehelai rambut yang menempel di badanku. Sebuah rambut yang kira-kira panjangnya 5 senti dan rambut itu bukan rambut kepala. Ciri khas rambut itu sudah jelas sekali. Dia tercenung lama sekali memperhatikan rambut itu. Itulah sebabnya dia begitu lama berada di dalam kamar mandi, bahkan dia seperti tak mendengar ketika istrinya telah beberapa kali memanggilnya dengan suara yang erotis,” terangmu.


Ibu
 Ibu adalah orang yang telah melahirkan kita
Mengandung dari sembilan bulan
Lahirlah kita di dunia
Tanpannya kita tidak bakalan berada di dunia ini
Tanpanya kita tidak tahu apa arti hidup ini
Mengenalkan apa warna matahari itu
Apa warna bulan itu
Cara berjalan
Cara berbicara
Itulh seoarang ibu
Apakah kita merasa kita sudah yang namannya balasan
Menurut orang kita tidak bisa yang namanya balasan
Tapi dengan menjadi anak yang berbakti
Itu sudah lebih dari cukup
Mereka tidak peduli kita lebih
Yang penting kamu ingat mereka
Mereka juga ingat

RELEVANSI SILKROAD MARITIM

Slik Road Maritim sudah ada pada abad pertama masehi, yang mana menghubungkan China dengan negara-negara di Timur Tengah. Semasa kepemimpi...