SABUN
Sebelum kau
bercerita, kau menyarankan kepadaku untuk berdoa dulu. Katamu, doa itu akan
dapat membantu kejernihan pikiranku tetap terjaga. Katamu juga, kejernihan itu
akan menjauhkan diriku dari pikiran kotor yang biasanya cenderung akan
menggiring ke dunia mesum. Yang menurutmu lebih fatal lagi jika pikiran sedang
kotor akan mudah menghakimi bahwa cerita yang akan kau kisahkan nanti sebagai
sebuah cerita cabul belaka. Katamu juga, yang terpenting bahwa kejernihan
pikiran itu akan mampu menjaga kesucian puasaku di bulan yang penuh rahmat ini.
Selain itu pada saat aku menyimak ceritamu nanti kau mengharapkan aku untuk
berusaha bersikap sabar dan tidak kemrungsung. Tanpa kuprotes, aku
menuruti saja maumu. Setelah sejenak aku mengheningkan cipta, tak lama kemudian
kau mulai bercerita.
Cerita ini kau
awali dengan peristiwa pertemuanmu pertama kali dengan laki-laki dewasa di
rumah itu. Peristiwanya terjadi pada pagi yang dingin. Pagi itu tiba-tiba kau
dikeluarkan dari ruanganmu. Bajumu dibuka paksa olehnya. Dia melucuti seluruh
pakaianmu dengan cara serampangan, terkesan buru-buru dan terlihat tidak sabar.
Begitu seluruh pakaianmu lepas dari tubuhmu, dalam keadaan telanjang dibawanya
kau masuk ke dalam kamar mandi. Pada saat itulah kau mengatakan seketika hawa
dingin kau rasakan lebih dingin dari waktu sebelumnya. Kau menerka salah satu
sebab lebih dingin itu karena dirimu tak berbaju lagi.
Sampai di dalam
kamar mandi, kau didudukkan pada suatu tempat. Tak lama kemudian dia menutup
pintu sebelum akhirnya dia yang gantian melepas satu per satu pakaiannya.
Setelah seluruh pakaiannya tanggal, dia mengambil sebuah sikat gigi dan odol.
Odol dibuka tutupnya lalu dia mengeluarkan sedikit isinya ke atas bulu sikat.
Setelah itu dia mulai menggunakan sikat itu untuk membersihkan giginya. Sebelum
melanjutkan ceritamu, kau menyisipkan penjelasan tentang sikat gigi dan odol
yang pada awalnya tidak kau ketahui nama dan penggunaannya. Kau baru bisa
menyimpulkan nama barang-barang itu setelah beberapa hari dan beberapa kali kau
memperhatikan penggunaannya.
Ceritamu
selanjutnya, sembari menyikat gigi, laki-laki itu kencing, di mana hal itu kau
tahu disebut kencing juga setelah beberapa waktu kemudian. Begitu selesai sikat
gigi, dia mulai menyirami tubuhnya dengan air yang diambil dari bak mandi. Tak
lama kemudian dia memegangmu, lalu membimbingmu agar kau menyentuhi seluruh
tubuhnya. Pada saat itu tubuhmu mengeluarkan busa hingga membaluri sekujur tubuhnya.
Setelah tubuhnya rata oleh busamu, kau didudukkan kembali pada tempat yang
semula. Sejenak kemudian dia kembali memegang ciduk lalu mengambil air
dalam bak, menyiramkan air itu ke tubuhnya, begitu berulang kali. Setelah
menghentikan siramannya, laki-laki itu mengambil handuk yang ada di gantungan
dan melilitkan ke badannya untuk menutupi bagian perut ke bawah. Dia melakukan
kegiatan seperti itu pagi dan sore, yang nantinya kau tahu bahwa kegiatan itu
disebut mandi. Setelah beberapa hari berlalu dan tentunya beberapa kali
laki-laki itu mandi, barulah kau hafal bahwa dia tidak membutuhkan waktu lama
pada saat mandi. Selalu cepat.
Setelah itu kau
menceritakan juga bahwa usai laki-laki itu mandi, masuklah ke ruangan itu
seorang perempuan dewasa dengan membawa handuk. Sesampainya di kamar mandi dia
menutup pintu dan menyampirkan handuk pada tempat gantungan. Tak lama kemudian
dia mulai melepas satu per satu pakaian yang menutupi tubuhnya. Begitu
telanjang, dia melakukan hal yang sama dengan apa yang dilakukan laki-laki
dewasa itu, yaitu gosok gigi. Begitu selesai menggosok gigi dia jongkok agak
lama, yang kemudian kamu tahu bahwa dia sedang kencing.
Selesai
kencing, dia mulai mengguyur tubuhnya dengan air. Sejenak kemudian tangannya
meraihmu, dia mulai mengusap-usapkan dirimu ke sekujur tubuhnya. Pada saat itu
kau merasakan bahwa kulit perempuan itu sangat halus dan kau merasakan hal itu
sangat berbeda dengan kulit laki-laki. Perempuan itu melakukan elusan dirimu ke
tubuhnya dengan sangat hati-hati. Dia berusaha menjamahkan dirimu ke seluruh
permukaan tubuhnya. Sangat telaten, santai, dan tidak kemrungsung,
bahkan kau bilang perempuan itu seperti menikmati setiap apa yang dilakukannya
di sana. Karena itu kau dapat menyimpulkan bahwa saat mandi, perempuan membutuhkan
waktu yang lebih lama dibandingkan laki-laki.
Katamu, jika
laki-laki mandi, pada saat dia sedang gosok gigi, pada saat itu juga dia
kencing. Pada saat laki-laki mencuci rambut, pada saat itu dibarengi
dengan mandi sekalian. Sedangkan perempuan akan melakukan semua itu secara
sendiri-sendiri. Gosok gigi sendiri, pipis sendiri, keramas sendiri dan
memandikan badannya secara berurutan. Oya, kau juga mengatakan meski laki-laki
dan perempuan itu berbeda dalam hal cara dan waktu mandinya tapi terkhusus
untuk laki-laki dan perempuan yang kau ceritakan ini punya suatu kebiasaan yang
sama, sebelum melakukan ritual mandi itu, mereka lebih dulu memeriksa bulu-bulu
mereka. Bulu-bulu yang kau maksudkan ini adalah rambut ketiak dan rambut
kemaluan mereka. Sekiranya dirasa telah panjang, mereka akan membersihkannya
dengan alat garuk yang sudah dipersiapkan di kamar mandi itu. Kau juga
mengatakan, rupanya mereka sepakat untuk selalu membersihkan tubuhnya dari
rambut-rambut itu. Karena hal itu kau bisa merasakan bahwa tubuh mereka selalu
mulus dan bersih tanpa rambut ketiak dan rambut kemaluan.
Ceritamu
berlanjut. Setelah perempuan itu selesai mandi, muncul anak laki-laki kecil
yang kira-kira berusia 8 tahun masuk ke kamar mandi. Ketika anak kecil sudah
berada di dekatmu, kau melihat, matanya sembap, dan kau menduga dia habis
menangis. Karena dari sekilas percakapan mereka sebelum anak kecil itu muncul
kau bisa mengerti sebenarnya anak itu malas untuk mandi tapi dipaksa suruh
mandi. Anak kecil itu sudah dalam keadaan telanjang ketika sampai di kamar
mandi. Tentu saja pakaiannya sudah dilepas sebelum menuju ke kamar mandi dan
kau mengira pastilah perempuan dewasa itulah yang membantu untuk melepas
pakaiannya.
Dari serentetan
peristiwa bersama mereka itu kau menjadi tahu, mereka bertiga adalah sebuah
keluarga. Laki-laki dewasa dan perempuan dewasa itu adalah sepasang suami istri
dan anak laki-laki kecil itu adalah putra mereka. Waktu anak kecil itu mandi
tidak menutup pintunya. Dan anehnya begitu tangan anak itu menyentuh air,
tidak lama kemudian dia sudah langsung asyik bermain. Kau mengatakan bahwa
dirimu juga tak ketinggalan diajaknya bermain. Katamu, begitu kau dipegangnya,
kau dipermainkannya dengan memakai kedua telapak tangannya. Kau sempat beberapa
kali jatuh karena anak kecil itu sengaja membuatmu mencotot terlepas
dari genggamannya. Lama anak itu mengajakmu bermain bersama, bahkan kau
mengatakan bahwa kau sempat lepas dari genggamannya dan jatuh di kloset, tapi
anak kecil itu tidak merasa jijik, kau langsung diambilnya begitu saja dari
dalam kloset. Setelah itu kau kembali diajaknya bermain lagi dan anak itu baru
menghentikan kegiatannya saat ibunya berteriak-teriak memperingatkan agar dia
tidak bermain di kamar mandi.
Pada saat anak
kecil itu menyudahi mandinya, kau sempat menghentikan sejenak ceritamu. Kukira
ceritamu sudah berakhir sampai di sini, tapi ketika aku menanyakannya, kau
menjawab bahwa ceritamu belum selesai. Bahkan kau mengatakan kisah ini baru
dimulai. Inti dari cerita ini belum kau kisahkan.
Sebelum cerita berlanjut, kau
menyadari bahwa sebenarnya apa yang kau kisahkan bukan cerita yang baik.
Maksudmu cerita ini adalah cerita yang datar. Kau bilang bahwa cerita ini tidak
menyuguhkan konflik di dalamnya. Kau menamai cerita ini hanya semacam laporan dari
sebuah kejadian. Bahkan menurut pendapatmu sendiri, sejauh yang telah kau
ceritakan semuanya tadi adalah biasa. Apa yang kau kisahkan hanya seperti
sebuah pengamatan yang disajikan tanpa memperhitungkan estetika. Itu pun
ceritanya terlalu monoton dan hal yang kau kisahkan tadi bukan sesuatu yang
baru. Kaupikir, semua orang tentunya sudah mengetahui, misalnya, kalau proses
orang mandi ya seperti itu. Kau menganggap kejadian itu kejadian umum dan
lumrah. Oleh karena itu menurutmu sangat memungkinkan, siapa pun yang
mendengarkan cerita ini pasti akan mudah merasa bosan. Tapi buru-buru kau juga
mengatakan kepadaku bahwa karena hal itulah, di awal bercerita tadi kau merasa
perlu mengatakan kepadaku pentingnya untuk bersabar. Karena menurutmu, cerita
ini tidak menitikberatkan pada kualitas berceritanya. Sebenarnya kau hanya
ingin mengatakan bahwa sesuatu yang sepertinya berlangsung tanpa konflik,
terlihat tenang-tenang saja, dan tampak baik-baik saja, bisa juga ada sesuatu
yang tidak beres di dalamnya. Dan ketidakberesan itu ternyata dapat terungkap
dengan hal yang paling sepele. Oleh karena itulah, kembali kau meyakinkanku
untuk tetap bersabar mengikuti cerita ini sampai tuntas nanti. Aku langsung
mengiyakan, bukan karena iba atau terpaksa tetapi karena memang aku ingin
mendengarkan. Aku ingin tahu apa sesungguhnya inti dari ceritamu ini.
Lantas aku
memintamu untuk segera melanjutkan ceritamu dan kau menurutinya. Kau
mengatakan, pada suatu hari kau mendengar laki-laki itu izin kepada istrinya
untuk pergi ke luar kota selama tiga hari karena tugas kerja. Tentu saja
setelah suaminya itu pergi kau hanya melayani ibu dan anaknya saja. Tapi pada
sore hari di hari kedua kepergian suaminya, rumah itu kedatangan tamu. Kau tahu
hal itu pada saat ada seorang laki-laki lain masuk ke kamar mandi untuk
kencing. Pada saat itu kau menerka laki-laki itu adalah tamu yang kebetulan
kebelet kencing lalu meminta izin untuk kencing di kamar mandi. Setelah kencing
selesai laki-laki itu bermaksud keluar. Tapi tepat pada saat laki-laki itu akan
membuka pintu kamar mandi, lebih dulu pintu itu diketuk dari luar. Laki-laki
itu membuka pintu. Lalu perempuan itu masuk ke kamar mandi dan pintu kembali
ditutup.
“Si kecil sudah tidur,” katamu
menirukan perkataan perempuan itu.
Jadilah mereka berdua di ruangan
sempit itu. Kemudian kau menceritakan, dengan cepat bibir mereka telah beradu.
Tubuh mereka merekat. Lalu mereka saling melepas pakaian mereka hingga
telanjang. Setelah itu banyak hal yang mereka lakukan berdua sebelum mereka
mengakhirinya dengan mandi bersama. Pada saat mereka menyudahinya dan pada saat
pintu kamar mandi mereka buka, ada suara dering ponsel. Perempuan itu bergegas
lebih dulu keluar dari kamar mandi. Dia berlari kecil untuk mencari ponselnya.
Begitu ponsel ketemu, dia menerima panggilan itu. Usai menerima telepon,
perempuan itu mendekati laki-laki itu di mana dia masih berada di kamar mandi
sedang mengenakan pakaiannya.
“Ternyata dia
pulang sekarang. Sudah perjalanan ke
rumah,” katamu menirukan perkataan perempuan itu.
Laki-laki itu buru-buru
menyelesaikan mengenakan pakaiannya. Sebelum lelaki itu berlalu dari
hadapannya, dia masih sempat mengecup bibir perempuan itu. Sampai pada cerita
itu kau sempat terdiam agak lama. Aku juga diam saja. Tidak menanyakan apa pun.
Tapi sejujurnya aku masih penasaran bagaimana cerita selanjutnya.
Satu jam kemudian, suami
perempuan itu telah sampai di rumah. Untuk sejenak kau mendengar perbincangan
mereka. Katamu, suaminya menyatakan kerinduannya yang sangat pada istrinya dan
si kecil.
“Mandilah dulu, biar bersih dan
segar. Aku menunggu di kamar,” katamu menirukan perkataan perempuan itu.
Beberapa menit kemudian suaminya
telah berjalan menuju ke kamar mandi. Dia sudah dalam keadaan telanjang. Tentu
saja pakaiannya sudah dilepas sebelum menuju ke kamar mandi dan kau menduga,
yang membantu melepas pakaiannya adalah istrinya. Pertama-tama dia mencukur
rambut ketiak dan rambut kemaluannya. Setelah itu dia menggosok gigi sembari
pipis, lalu keramas. Pada saat dia ingin membilas rambutnya biasanya sekalian
mengguyur tubuhnya. Lalu tangannya meraihmu.
Setelah kau mengatakan, pada
saat tangannya meraihmu itu, kau menghentikan ceritamu. Kali ini aku
menanyakannya, apakah ceritamu telah berakhir. Kau mengatakan bahwa cerita ini
belum berakhir, tapi hampir berakhir. Katamu hanya tinggal membutuhkan beberapa
kalimat untuk menyelesaikannya.
“Di awal sudah kukatakan, pada
saat laki-laki itu mandi tidak membutuhkan waktu yang lama, tetapi kali itu dia
sangat lama berada di kamar mandi. Kau tahu apa sebabnya? Pada saat tangannya
meraihku, pada saat itulah dia melihat sehelai rambut yang menempel di badanku.
Sebuah rambut yang kira-kira panjangnya 5 senti dan rambut itu bukan rambut
kepala. Ciri khas rambut itu sudah jelas sekali. Dia tercenung lama sekali
memperhatikan rambut itu. Itulah sebabnya dia begitu lama berada di dalam kamar
mandi, bahkan dia seperti tak mendengar ketika istrinya telah beberapa kali
memanggilnya dengan suara yang erotis,” terangmu.