Makalah ini ditulis untuk memenuhi tugas
kelompok UAS
dalam mata kuliah :
Politik Luar Negeri Republik Indonesia
Dosen Pengampu :
Al-Ustadzah Novi Rizka Amalia, M.A.
Disusun oleh
:
Luthfiana
Alfi Qurnia
|
NIM
38201751813
|
|
|
PROGRAM STUDI HUBUNGAN INTERNASIONAL
FAKULTAS
HUMANIORA
UNIVERSITAS DARUSSALAM GONTOR
TAHUN 1439 H/2018
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar
Belakang
Politik
luar negeri suatu negara merupakan hal yang sangat penting dalam membangun
wajah di kancah intrnasional. Kerjasama terus dibangun sejalan dengan
meningkatnya prestise yang ingin didapat. Indonesia sendiri sebagaimana yang
kita ketahui memegang landasan operasional bebas aktif yang mana merupakan
rumusan dari para pendahulu dan perintis bangsa yang mengalami pahitnya
interaksi intenasional dengan major powers
yang akhirnya menghasilkan rumusan-rumusan baru sehingga menjadikan
Indonesia sebagai negara yang mampu beradaptasi dengan perubahan untuk bertahan
hidup.
Politik
luar negeri bebas aktif akhirnya mengantarkan Indonesia pada kebebasannya serta
aktif sendiri yang membuat Indonesia akhirnya berkecimpung banyak dalam
kerjasama internasional. Salah satu mitra terbaik Indonesia dalam hal ini
adalah Korea Selatan. Indonesia dan Korea Selatan telah banyak menandatangani
kerjasama dalam beberapa watu terakhir, yang membuktikan bahwa Indonesia dan
Korea Selatan mempererat tali hubungannya masing-masing. Dalam hal ini Korea
serta Indoneisa memulainya dari salah satu instrument politik luar negeri yang
paling penting; diplomasi. Dengan teori diplomasi shop-keepernya
Indonesia-Korea Selatan berarti memulai kerjasama low class yang mana tentu lebih
banyak berimplikasi pada bidang perekonomian serta budaya.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Bagaimana
dinamika pergerakan kerjasama ekonomi Indonesia – Korea Selatan dalam dua
decade terakhir?
2. Bagaimana
kerjasana soft diplomacy Indonesi -
Korea Selatan ?
3. Adakah
dampak K-pop terhadap perekonomian Indonesia?
1.3 Tujuan
1. Membahas
pergerakan kerjasama ekonomi Indoensia – Korea Selatan diluar pengaruh K-Pop
2. Membahas
timbulnya kerjasama soft diplomacy antara Indonesia dan Korea Selatan
3. Menjabarkan
dampak K-Pop sebagai representasi soft diplomacy terhadap perekonomian
Indonesia
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1
Dinamika
Hubungan Internasional Korea Selatan-Indonesia Ekonomi
Hubungan
yang dijalin antara Indonesia dan Korea Selatan adalah hubungan bilateral.
Hubungan yang terjalin anatar Indobesia dan Korea Selatan telah dibentuk secara
resmi pada tahun 1973. Adanya kedutaan besar Seol di Indonesia adalah salahsatu
bukti bahwa adanya hubungan bilateral antara kedua negara. Kedua negara terus
berupaya mengembangkan hubungan dan kerja sama yang saling menguntungkan baik
secara bilateral, maupun dalam kerangka kerja sama regional dan multilateral
(Rahmah, 2013. Hlm. 2).
Sebagai
salah satu contoh hubungan kerjasama antara Indonesia dan Korea Selatan
adalalah pada masa pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Pada 4 Desember 2006,
kedua negara menyepakati Joint Declaration on Strategic Partnership to Promote
Friendship and Cooperation between Republic of Indonesia and the Republic of
Korea di Jakarta. Terdapat tiga pilar utama yang disepakati pada asaat itu
yaitu:
1. Kerja
sama politik dan keamanan.
2. Kerja
sama ekonomi, perdagangan dan investasi.
3. Kerja
sama sosial budaya.
Di
masa pemerintahan Jokowi hubungan ini terus ditingkatkan, sebagai buktinya
Presiden Korea Selatan Park Geun-hye dalam pertemuan bilateral dengan Presiden
Jokowi, pada 11 Desember 2014 di Busan, menyampaikan bahwa Indonesia adalah
mitra penting kerja sama dan mitra dagang kunci bagi Korea Selatan. Dalam
pertemuan tersebut, kedua pemimpin berharap kerja sama bilateral akan terus
berkembang, dan melakukan kesepakatan yaitu (Hidriyah,
Maret 2017):
1. Menghidupkan kembali JCM
pada tingkat Menlu kedua negara. Dengan adanya mekanisme JCM ini maka akan
lebih mudah bagi kedua negara untuk memantau perkembangan kerja sama dan
menindaklanjuti kesepakatan yang disetujui pada tingkat Leader.
2. Meningkatkan
kerja sama industri pertahanan, terutama transfer pengetahuan dan teknologi
terkait dengan pembangunan bersama kapal selam dan pesawat tempur yang telah
berjalan.
3. Korea
Selatan menyatakan komitmennya untuk berpartisipasi dalam pembangunan Kesatuan
Penjaga Pantai dan galangan kapal di Indonesia.
4. Kedua
Pemimpin menyambut baik penandatanganan Persetujuan Pembentukan Komite Bersama
di bidang Government dan reformasi birokrasi.
5. Presiden
RI mendukung penuh upaya menciptakan perdamaian dan stabilitas pada tingkat
kawasan dan global, termasuk di Semenanjung Korea.
Di
masa pemerintahan Presiden Joko Widodo (Jokowi), penguatan kerjasama kedua
negara di bidang ekonomi dan perdagangan masih menjadi perhatian penting. Hal
ini terlihat dari adanya forum Indonesia-Korea Business Summit di Jakarta pada
14 Maret 2017. Dalam kegiatan tersebut ditandatangani Nota Kesepahaman promosi
investasi antara Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) dengan Korea Trade and
Investment Agency (KOTRA). Presiden Jokowi juga memanfaatkan forum tersebut
untuk mempromosikan peluang investasi di Indonesia kepada pengusaha-pengusaha
Korea Selatan melalui pengembangan infrastruktur yang sedang dilakukan.
Pertemuan
ini juga dianggap sebagai pertemuan balasan atas kehadiran Jokowi dan menjadi
pembicara kunci dalam Asia Leadership Conference di Seoul pada Mei 2016. Pada
sambutannya di Business Summit, Jokowi menyampaikan optimismenya terhadap kerja
sama Indonesia-Korea Selatan terutama pada empat sektor utama Indonesia yaitu
industri, pariwisata, energi, dan ekonomi kreatif. Sektor industri dan ekonomi
kreatif menjadi unggulan yang ditawarkan oleh pemerintah untuk menarik
investasi dari Korea Selatan. Sektor industri kreatif dibahas secara khusus
dalam kegiatan tersebut karena industri kreatif Korea Selatan yang tergolong
maju seperti berkembangnya Korean Pop (K-Pop). Selain pada industri kreatif,
terdapat tiga sektor utama sasaran Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM).
1. BKPM
ingin Korea Selatan memperbesar realisasi investasi mereka di sektor industri
manufaktur hulu seperti baja dan plastik. Baja dan plastik sangat penting bagi
struktur Indonesia karena keduanya merupakan komponen utama yang digunakan
dalam proses produksi hampir seluruh industri manufaktur.
2. Sasaran
BKPM ke-dua adalah meningkatkan investasi Korea Selatan di sektor ekonomi
kreatif. Korea Selatan dinilai memiliki keunggulan teknologi dan permodalan
yang bisa dikombinasikan dengan kekayaan budaya dan bakat di Indonesia. Ini
konsisten dengan strategi pemerintah memprioritaskan ekspor dan padat karya.
3. BKPM
juga ingin meningkatkan tingkat kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Indonesia.
Kunjungan wisatawan Korea Selatan ke Indonesia, saat ini masih jauh lebih
sedikit dibandingkan kunjungan mereka ke Filipina. Salah satu alasannya
dikarenakan tidak ada tembusan oleh budget airline, low cost carrier yang
menawarkan penerbangan murah. Hal tersebut diperkirakan membawa dampak baik
untuk masyarakat Korea Selatan ke Indonesia, atau sebaliknya. Oleh karenanya
BKPM juga akan berfokus ke arah tersebut yaitu kepada konektivitas penerbangan.
2.2
Soft Diplomacy
dalam kerjasama Indonesia – Korea Selatan
Bung
Hatta dalam pidatonya mengatakan, diplomasi adalah muslihat yang bijaksana
dengan perundingan untuk mencapai cita-cita bangsa (Hatta, 1945). Pendapat lain mengenai diplomasi adalah menurut
diplomat kenamaan Inggris, Sir Ernest Mason Satow (1843-1929), diplomasi adalah
“the application of intelligence and tact to conduct of official relation between
the governments of independent states”. Dari pernyataan pernyataan tersebut, diplomasi dapat dimaknai dengan beberapa kata, yaitu, strategi,
hubungan, pemerintah, kepentingan nasional.
Sebagaimana
yang telah diungkapkan oleh duta besar Korea Selatan untuk Indonesia, Kim Chang
Beom, bahwa pada tahun 1950 Korea Selatan masih merupakan negara miskin
sebagaimana keadaan pasca perang dunia II yang dialami pula oleh negara-negara
Afrika serta Asia pada umumnya. Namun, Dalam
pembukaan Seventh Conference for the Promotion of New Economy di Seoul pada
1994, Presiden Korea Selatan saat itu, Kim Young-sam menyatakan, bahwa
negaranya akan siap dalam melawan tekanan eksternal atau hegemoni budaya barat
yang menjadikan Amerika sebagai ikon globalisasi terbesar yang melumat apapun
gangguan didepannya. Young-sam dengan ucapannya melahirkan sebuah kebijakan
yang baru yang menekanka kebijakan pada pengembangan di teknologi informasi
yang diberi nama ‘Lima Tahun Rencana Pengembangan Budaya.’ Hal ini kemudian
menciptakan kekuatan baru dalam berdiplomasi yang akhirnya menjadi komoditas
ekspor sekaligus salah satu dari sedikit negara yang berhasil dengan rancangan
kekuatan ini. Yang mana soft diplomacy yang dikembangkan Korea ini mampu
memaksimalkan kekuatamnya dan mempmgaruhi dalam bidang politik, ekonomi hingga
keamanan.
Dengan
prinsipnya, Korea Selatan mulai bangkit dan menggencarkan pergerakan
kepentingannya yang mengantongi soft diplomasi yang meyakinkan umtuk menyebar
dengan cepat. Salah satu negara yang terjangkit hallyudengan
skala besar adalah Indonesia. Jika kita lihat bagaimana kemudian budaya Korea
yang tumbuh di masyarakat Indonesia melekat dengan erat dan mulai menimbulkan
lahirnya budaya-budaya baru dan memudarkan budaya lama. Tidak sampai disitu
diplomasi melalui budaya merupakan diplomasi yang paling berdampak besar serta
membekas di hati khalayak umum. Sebagaimana Amerika yang bangkit seiring
berkembangnya diplomasi budayanya. Dengan mempengaruhi rakyat dari berbagai
kalangan, Korea berhasil membangun citra baik dan membuka jalan yang lebih
besar untuk banyak kerjasama selanjutnya. Apabila kita perhatikan, Indonesia
acapkali menjadi tuan rumah untuk berbagai konser besar yang digelar oleh idol
Korea. Tak ayal pula Indoensia melakukan kerjasama dalam bidang industry
perfilman.Hal ini membuka peluang besar atas kerjasama aktor non-negara yang
menjadi faktor pendukung dalam membangun wajah politik Indonesia di kancah
global melalui open diplomacy.
2.3
Dampak K-Pop
sebagai representasi soft diplomacy terhadap Perekonomian Indonesia
Beberapa dampak Korean Wave yang
sangat nyata adalah ekspansi budaya yang mendorong pergerakan ke arah penataan sistem sosial dengan
nilai-nilai, dan norma-norma yang bersifat gobal. Hallyu sendiri brgerak dengan menghapus
batasan tradisional sehingga dalam prosesnya, hallyumenghilangkan nilai
tradisional sebagai basis identitas lokal atau nasional. Kemungkinan besar,
budaya Korea sendiri telah mengalami sedikit pemudaran keaslian karena telah
bercampur dengan globalisasi. Namun begitu, jika dilihat banyaknya asimilasi
budaya akibat percampurannya dengan Korea, dapat dikatakan bahwa Korea memiliki
hegemoni tersendiri dalam segi budaya dan penyebarannya.
Dalam
diplomasi kebudayaan Korea Selatan terjadi proses konsumsi simbolis. Konsumsi
simbolis ini terjadi pada konsumsi atas suatu produk yang lebih ditekankan pada
nilai-nilai simbolis produk tersebut. Pada saat masyarakat Indonesia membeli
benda-benda budaya atau produk produk Korea karena pengaruh Hallyu, yang mereka konsumsi adalah
nilai sosial yang terselip di balik tampilan produk-produk kebudayaan itu.
Konsumsi simbolis merupakan bagian dari proses konstruksi identitas, karena
produk yang digunakan sebnarnya berdampak lebih dari hanya sekedar symbol.
Namun dampak baik dari pengaruh Korea yang selama
ini dianggap buruk sebenarnya mendatangkan sisi untung bagi perekonomian
Indonesia maupun Korea sendiri. Semakin erat kerjasama yang dibangun, Indonesia
juga diuntungkan dalam hal perdangangan. Dengan fans K-pop membeli merchandise
atau stuff asli dari Korea, investasi Korea Selatan di Indonesia
akan meningkat begitupun sebaliknya. Apabila kita melihat dalam kerjasama
ekonomi yang dilakukan dalam bidang perdagangan pada tahun 2005 yang meningkat
32% atau yang setara dengan 13,2 miliar dolar Amerika dibandingkan dengan 2004.
Hal ini tentu ada kaitannya dengan bangkitnya perindustrian Korea yang mulai
menjamah dunia Internasional pada awal tahun 2000an terutama terlihat jelas
pada permintaan barang oleh konsumen Indonesia yang berkaitan dengan Korea
sendiri, baik dari segi permintaan aksesoris fangirling hingga trend
make up aala Korea yang sedang marak pada saat ini. Jika dilihat dari bentuk yang dikembangkan, dalam hal ini pasar global
yang dikembangkan oleh Korea masih memiliki campur tangan pemerintah. Lebih
tepatnya, pemerintah melakukan bantuan dan perhatian penuh agar para perusahaan
privatnya mampu berkembang dan merambah dunia. Regulasi tidak terlalu
ditonjolkan sehingga pemasokan berimplikasi pada pemerintah juga pada aktor
individu.
Jika disangkutkan pada penanaman modal asing, hal ini sedikit
masuk akal, karena pada dasarnya investasi yang ditanam bukan berupa uang
melainkan modal, teknologi dan hal produktivtas lainnya. Dengan adanya mitra
antara Korea dan Indonesia dalam beberapa perusahaan multinasional tentu
memberikan keuntungan bagi kedua belah pihak. Banyaknya permintaan pasar oleh
konsumen akan barang-barang berbau Korea akan menambah pemasukan pajak dan
devisa negara. Meskipun bukan merupakan MNC sekalipun, banyak online shop baik
di platform besar layaknya shopee.com, bukalapak.com, dan lain-lain,
namun beberapa toko virtual yang menyertakan nama ‘Korean Style’ dibelakangnya
pada username Instagram ataupun facebook, maka akan menarik banyak
peminat dalam memberikan permintaan, sehingga ekspor-impor akan berjalan
lancar. Pada periode Januari-Juni 2018, perdagangan kedua negara tumbuh 10,12%
menjadi US$ 8,84
miliar dibanding periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal tersebut
membuktikan adanya kepercayaan dari negara K-Pop tersebut terhadap perekonomian
tanah air. Pada September 2018 lalu, diberitakan bahwa Korea Selatan melakukan
investasi asing melalui 6 perusahaannya melalui pertemuan Indonesia-Korea Business
and Investment Forum di Seoul, Korea Selatan dengan total penanaman modal
mencapai 466 juta dolar Amerika. investasi tersebut
mencerminkan antusiasme besar pengusaha Korea untuk lebih mendorong kolaborasi
bisnis dengan Indonesia. Hal ini tentu akan memberikan banyak keuntungan
terhadap pereonomian Indonesia meskipun tidak terlalu terlihat bagi masyarakt
luas. Sedangkan demam Korea yang tersebar luas di Masyarakat sendiri
berimplikasi nyata pada setiap individu yang melakukan transaksi langsung,
dalam hal ini merupakan aktor non state; individu-individu.
Disadari
ataupun tidak, asimilasi budaya kuat terjadi pada era globalisasi yang akhirnya
berimplikasi dalam kerjasama berbagai bidang terutama ekonomi serta perdagangan
antar kedua negara.
BAB III
PENUTUP
3.1
Kesimpulan
Kerjasama
antara Indonesia dan Korea sudah terjalin sejak lama. Bahkan kedua
negara terus berupaya mengembangkan hubungan dan kerja sama yang saling
menguntungkan dalam bidang ekonomi dan budaya. Namun dari sisi budaya sendiri
tidak dapat dipungkiri terdapat berapa dampak ataupun pengaruh bagi Indonesia.
Beberapa dampak Korean Wave yang sangat nyata adalah ekspansi budaya yang mendorong pergrakan ke arah penataan sistem
sosial dengan nilai-nilai, dan norma-norma yang bersifat global. Namun disisi
lain tidak dapat dipungkiri bahwa hubungan kerjasama bilateral ini sangatlah
mengunntungkan bagi Indonesia dan Korea Selatan, terutama dalam bidang ekonomi.Sebagai
bangsa Indonesia bagaimana kemudian kita menyikapi adanya budaya korea. Dalam
hal ini segala elmen masyarakat perlu bergerak demi peleestarian budaya namun
tidak mengesampingkan transaksi pasar global. Bangsa millenial sendiri
sebenarnya mampu melahirkan ide-ide baru yang lebih menunjang kekeratifitasan
sehingga mampu menghasilkan sesuatu yang baru dan berbeda.
Dalam
hal kerjasama perusahaan dan negara mungkin tidak terlalu terlihat pengaruhnya
dalam jangka pendek dan bagi masyarakat luas. Namun dalam kerjasama antar aktor
non-negara pengaruh yang kuat terasa berimbas dimasyarakat luas, terutama
individu-individu yang saling melakukan transaksi.
DAFTAR
PUSTAKA
Anggriawan, Galang. Jurnal, Analisis Dampak Industri K-Pop Korea
Selatan terhadap Perekonomian Indonesia.
Mochamad,
Yanyan. Quo Vadis: Politik Luar Negeri Indonesia. Elex Media Komputindo.
Jakarta, 2017
Wuryandari,
Ganewati. Politik Luar Negeri Indonesia di Tengah Arus Perubahan Politik
Internasional. Pustaka Pelajar. Yogyakarta, 2016.
Wulandari,
Dwi. Ramai Brand Korea Bertarung di Pasar Kosmetik, Siapa Menang?. MIX
Online Magazine, 5 Agustus 2016.
Pamungkas,
Raka Tantra. “Sosial Budaya: Strategi Efektif dalam Diplomasi Terkini”, dalam
Sekolah Dinas Luar Negeri Angkatan 37 Kementerian Luar Negeri Republik
Indonesia. Refleksi Diplomasi Indonesia pada Abad Ke-21. Jakarta: Kementerian
Luar Negeri Republik Indonesia, 2013.
Warsito,
Tulus dan Kartikasari, Wahyuni. 2007. Diplomasi kebudayaan: konsep dan
relevansi bagi negara berkembang : studi kasus Indonesia.Yogyakarta: Ombak
“Gelar Indonesia-Korea Business Summit, BKPT Incar
Tiga Sektor”, http://industri.bisnis. com/read/20170308/257/635289/gelarindonesia-korea-business-summit-bkptincar-tiga-sektor
“Peran pemerintah Korea terhadap K-Pop”
“Korea
Selatan Menjadi Mitra: Presiden Joko Widodo Mengundang Pengusaha Berinvestasi
di Sektor Pariwisata”, Kompas, 15 Maret 2017.
“Korea
Selatan Investasi 446 Juta Dolar AS di Indonesia”
https://www.republika.co.id/berita/ekonomi/korporasi/18/09/11/pew8d8370-korea-selatan-investasi-446-juta-dolar-as-di-indonesia
“Presiden
Ajak Pengusaha Korea Tingkatkan Tingkatkan Investasi Di Indonesia”,
http://www.kemenkeu.go.id/Berita/presiden-ajakpengusaha-korea-tingkatkan-investasi-diindonesia,
diakses 20 Maret 2017.
“Berapa
Nilai Perdagangan Indonesia dengan Korea Selatan?”
Jurnal
oleh Reza Lukmanda Yudhantara, Korean
Wave (Hallyu) sebagai Soft Diplomasi Korea Selatan.